Mata Uang China melemah ke titik terendahnya terhadap dollar AS dalam enam bulan belakangan pada Rabu, (28/6/2018) waktu setempat. Pelemahan ini menimbulkan spekulasi bahwa China sengaja membiarkan nilai mata uangnya jatuh sebagai salah satu strategi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Dikutip melalui CNBC, dengan membiarkan nilai yuan jatuh terhadap dollar AS, maka harga barang-barang China aka menjadi jauh lebih murah di pasar internasional. Namun, analis meragukan pelemahan yuan disengaja oleh China.
“Nampaknya yang terjadi kali ini adalah devaluasi yang tidak terlalu signifikan yang menciptakan keributan yang cukup besar pada pagi ini. Kondisi pasar saat ini juga sedang mengkhawatirkan,” ujar Boris Schlossberg dari BK Asset Management. Kecemasan di pasar mata uang meningkat selepas Presiden Trump mengatakan pihaknya akan merombak kembali Komite Investasi Asing Amerika Serikat (CFIUS) yang aka menentukan izin kepemilikan asing perusahaan AS oleh China. Langkah trump kali ini dilihat sebagai melunaknya kebijakan Trump yang sebelumnya sempat diberitakan akan melarang perusahaan dengan kepemilikan sebesar 25 persen oleh China untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan AS.
Yuan pun telah melemah terhadap dollar AS sejak awal bulan ini. Dollar AS menguat hingga 6,6145 terhadap yuan. Angka ini adalah yang tertinggi sejak Desember 2018 lalu, meskipun kemudian kembali melemah tipis selepas isu perombakan CFIUS. Sebelumnya, China kerap dituduh oleh AS dengan sengaja membiarkan nilai mata uangnya terdepresiasi untuk mendorong ekspor mereka. Meskipun tahun ini, AS berhenti menyebut China sebagai ‘manipulator kurs’, dan mata uang China relatif terjaga dan stabil. Analis pun menyebut China sepertinya tidak secara sengaja membiarkan mata uangnya melemah terhadap dollar AS, meskipun China juga mungkin menggunakan sedikit pengaruh dari pelemahan ini. “Secara teori, perang dagang jika terus menerus dapat memicu perang kurs, akan tetapi saya pikir tidak ada pihak yang ingin mencapai titik ini,” ujar Currency Strategist Deutsche Bank Alan Ruskin. Dirinya menambahkan, adanya relaksasi kebijakan moneter China juga menjadi salah satu faktor yang mendorong pelemahan yuan terhadap dollar AS.