Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat cukup signifikan pada perdagangan hari ini. Faktor domestik, yaitu semakin kencangnya angin kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI), jadi obat kuat utama bagi rupiah.
Pada Jumat (11/9/2018) pukul 12:00 WIB, US$ 1 diperdagangkan di Rp 14.020. Rupiah menguat 0,36% dibandingkan penutupan hari sebelumnya. Rupiah dibuka di Rp 14.070/US$, tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya. Namun seiring perjalanan, rupiah terus menguat.
Bahkan posisi terkuat rupiah sempat menyentuh Rp 14.015/US$. Jika rupiah terus menguat, maka bukan tidak mungkin dolar AS akan melorot ke bawah Rp 14.000.
Dolar AS sempat tertekan akibat rilis data inflasi Negeri Paman Sam. Pada April 2018, AS mengalami inflasi 0,1% secara month-to-month (MtM), di bawah konsensus pasar yang sebesar 0,2%.
Ini membuat pelaku pasar berekspektasi The Federal Reserve/The Fed belum perlu menaikkan suku bunga acuan secara agresif. Kenaikan tiga kali sepanjang 2018, seperti yang sudah diperhitungkan, sepertinya masih cukup relevan dan belum ada kebutuhan untuk menambah dosisnya menjadi empat kali. Dolar AS yang mengandalkan sentimen kenaikan suku bunga sebagai pendorong penguatan pun berbalik arah.
Namun kemudian greenback berbalik menguat karena pelaku pasar melihat potensi inflasi AS ke depan masih meningkat. Walau secara MtM inflasi relatif minim, tetapi secara year-on-year (YoY) inflasi mencapai 2,5% atau tertinggi dalam 14 bulan terakhir.
Hasilnya, pelaku pasar memperkirakan kenaikan suku bunga acuan pada pertemuan The Fed bulan depan hampir pasti terjadi. Probabilitasnya mencapai 100%, menurut The Federal Funds Futures.
Dolar AS pun mendapat suntikan tenaga untuk menguat, dampaknya, sejumlah mata uang Asia melemah. Bahkan won Korea Selatan mencatat depresiasi hingga 0,34%.
Cara mudah untuk membuat website sendiri:
https://client.dewaweb.com/aff.php?aff=25151
100 IDE PENJUALAN YANG TERBUKTI SUKSES
http://idt8.xyz/r/1756/63739/
Crypto Cash Blueprint Intensiv