Memiliki pola pikir positif dianggap sebagai kunci untuk menjaga kesehatan mental dan kebahagiaan. Sikap mental ini sangat membantu mengatasi rintangan dan situasi sulit yang rasanya tak mungkin dilalui. Ya, menjadi optimis memang baik walau begitu sikap pesimis juga tak perlu dihilangkan sama sekali. Selama ini pemilik sikap ini dianggap sudah kehilangan harapan dan menentukan target rendah.
Orang pesimis juga cenderung mengambil tindakan yang mementingkan diri sendiri. Contoh, jika seorang pesimis mencoba mencari jalan pintas, mereka akan bereaksi seolah pengemudi lain akan merebut jalan tersebut. Para ahli psikologi menemukan salah satu jenis sikap pesimis baru, yang disebut pesimisme defensif. Sikap ini menggunakan pemikiran negatif untuk mencapai tujuan. Sikap pesimis defensif ini membuat kita fokus pada hasil akhir, atau apa yang kita harapkan di masa depan.
Contoh adalah bersikap pesimis kita tidak akan diterima setelah wawancara kerja. Kemudian kita visualisasikan rasa pesimis itu secara detail, termasuk skenario buruk yang mungkin terjadi. Kondisi ini memicu rasa defensif sehingga kita menyiapkan tindakan agar skenario itu tidak terjadi. Misalnya berlatih wawancara atau tiba tepat waktu. Setiap mood negatif yang muncul juga bisa menjadi pemacu kita untuk memiliki performa lebih baik. Perbedaan antara orang yang memiliki sikap pesimis defensif dengan berpikir negatif adalah cara mereka mengatasinya. Pesimis defensif menggunakan harapan negatif mereka sebagai motivasi untuk mengambil kendali.