Bakal calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno, memiliki rekam jejak yang panjang sebagai seorang pengusaha. Pengangkatan pejabat di perusahaan-perusahaan miliknya karena mengemban kantor Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga memiliki peran besar dalam merintis dua perusahaan yang masih eksis sampai saat ini. Dua perusahaan yang dikeluarkan adalah PT Recapital Advisors dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Recapital atau Saratoga merupakan perusahaan yang memulai dan menjalankan Sandiaga bersama beberapa rekannya yang menggabungkan antara lain tahun 1997 silam dan yang terjadi selama beberapa bulan. Dilansir oleh Bloomberg.com, mencatat bahwa Rekapital adalah perusahaan yang bergerak di bidang investasi dan jasa keuangan.
Kantornya beralamat di Gedung Recapital lantai 10-11 di Jalan Adityawarman Kavling 55, Jakarta Selatan, dengan posisi eksekutif utama ditempati oleh Thomas Warren Shreve selaku CEO dan Sandiaga sebagai Co-Founder. Sementara di jajaran dewan direksi, ada Rosan Perkasa Roeslani selaku Ketua dan dua anggota yaitu Elvin Ramli dan Bernardi Djumiril. Informasi lengkap tentang Recapital terdapat di laman resminya, recapital.co.id, namun, kompas.com Kompas.com mengaksesnya pada Sabtu (11/8/2018) pagi, tidak bisa diteruskan.
Tidak lama setelah ada Recapital, Sandiaga bersama rekannya, Edwin Soeryadjaya, melihat ada peluang dari ketidakpastian ekonomi dan politik pada tahun 1997. Edwin merupakan pengusaha sekaligus anak kedua dari William Soeryadjaya, pendiri Astra International. Mengutip laman resmi Saratoga di saratoga-investama.com, bahwa Edwin dengan Sandiaga menangkap momen untuk menjajaki peluang investasi, di mana banyak investor saat itu bergerak investasinya ke luar negeri. Baca juga: Ikut Tax Amnesty, Sandiaga Uno Tidak Takut Dipolitisasi Dari sana, didirikanlah Saratoga tahun 1998 dan terus menerus sampai saat ini. Saratoga merupakan perusahaan yang mengelola beberapa perusahaan hingga dapat merambah ke banyak sektor melalui berbagai perusahaan yang bekerja sama dengan mereka. Salah satu investasi yang dijajaki oleh Saratoga adalah di Adaro selaku perusahaan yang bergerak di bidang energi, khususnya batubara. Berkat Saratoga berinvestasi di Adaro tahun 2001, tawaran umum perdana atau IPO Adaro tahun 2008 mencatatkan angka yang besar di pasar modal Indonesia. Setelah berhasil dengan Adaro, Saratoga berinvestasi lagi di Tower Bersama Infrastructure Group (TBIG) bersama dengan Provident Capital tahun 2004. Dari yang hanya ada tujuh menara telekomunikasi, TBIG tumbuh hingga kini memiliki lebih dari 11.000 situs telekomunikasi yang melayani 18.000 penyewa di Indonesia. Saratoga juga merambah ke sektor konsumer, dengan berinvestasi di Mitra Pinasthika Mustika (MPM). MPM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang sepeda motor, sepeda komponen sepeda, minyak pelumas, dan pembiayaan sepeda motor. Di sektor infrastruktur, Saratoga berinvestasi di PT Lintas Marga Sedaya (LMS) yang menjadi pemegang konsesi jalan tol Cikopo-Palimanan atau Cipali. Tol Cipali merupakan akses alternatif yang disediakan pemerintah untuk memperlancar angkutan mudik pada Lebaran tahun 2016. Tahun 2013, Saratoga secara resmi masuk pasar modal Indonesia dengan menyebutkankan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saratoga ke depan akan terus menambah nilai investasi portofolio di tiga sektor utama, yaitu sumber daya alam, infrastruktur, dan konsumer.