Jangan Pernah Remehkan Mimpi Belajar Dari Mark Zuckerberg

Facebook melayani jutaan orang dari seluruh dunia, tapi Mark Zuckerberg membutuhkan pegawai tidak lebih dari 10.000 orang.

Jangan pernah remehkan mimpi, begitulah ungkapan yang pas untuk melukiskan kesuksesan Mark Zuckerberg. Pria yang kini berusia 34 tahun itu tak pernah menyangka kalau Facebook, media sosial yang dikembangkan olehnya, mampu mengantar dirinya menjadi miliarder. Nyatakan, dulu niat Tandai buat Facebook hanya untuk wadah komunikasi online di antara sesama mahasiswa Harvard. Namun, fakta lain.

Situs pertemanan ini malah diminati banyak orang. Berkat respons positif itu, Mark kemudian bercita-cita menjadikan Facebook sebagai alat sosial yang dapat membantu orang-orang di dunia untuk berkomunikasi. Kini Facebook menjadi layanan media sosial favorit warga dunia. Tercatat jumlah pengguna layanan ini, berdasarkan laporan Kami adalah Sosial dan Hootsuite pada Maret 2018 sudah mencapai lebih dari 2,17 miliar. Belajar dari kesuksesan Mark Zuckerberg membangun Facebook, setiap orang tidak takut untuk mewujudkan mimpi atau cita-cita.

Hal ini seperti yang dilakukan CEO & Co Founder Surya Utama Nuansa (SUN Energy) Ryan Putera Pratama Manafe. Ryan bercerita bahwa prestasinya membangun perusahaan energi terbarukan itu tidak lepas dari mimpinya menjadi pengusaha. Berani dulu sama tidak punya modal untuk menjadi entrepreneur. “Jadi dari zaman kuliah strata satu (S1) saya memang mau jadi pengusaha, tapi saya kan bukan dari keluarga tajir (kaya) yang punya modal atau jaringan. Saya berasal dari keluarga biasa-biasa saja,” ucap Ryan kepada Kompas.com, Senin (30/7/2018). CEO & Co Founder Surya Utama Nuansa (SUN Energy) Ryan Putera Pratama Manafe adalah alumni MM Prasetiya Mulya. Dia menceritakan kesuksesannya dalam membangun bisnis energi terbarukan kepada Kompas.com. (Dok Prasetiya Mulya) Cerita singkat setelah lulus S1, Ryan mendapatkan beasiswa untuk pendidikan ke jenjang strata dua (S2) di Universitas Prasetiya Mulya.

Dia kemudian mengambil jurusan bisnis manajemen karena ingin memelajari usaha lebih dalam untuk mendukung cita-citanya menjadi pengusaha. “Waktu kuliah S2 saya diterima bekerja di perusahaan konsultan McKinsey. Selain untuk bangun jaringan sebagai bekal bangun usaha nanti, saya mau bekerja di sana karena biasanya konsultan-konsultan di McKinsey bisa dibayar tinggi untuk menjadi konsultan di perusahaan-perusahaan besar.  Tawaran dari klien Setelah 2-3 tahun bekerja di McKinsey, Ryan kemudian mendapat tawaran yang membuat mimpinya menjadi pengusaha semakin nyata. Dia ditawari salah satu kliennya untuk mengelola bisnis energi terbarukan, yaitu energi surya (matahari).

Gayung pun bersambut. Pemuda ide 30 tahun ini akan menerima tawaran tersebut. Namun, tidak perkara mudah bagi Ryan untuk bisa sukses di bisnis energi surya. Selamat pada tahun pertama perusahaannya adalah dia sedang mencari proyek besar. “Modal untuk membangunkan uang itu sendiri dari bank dan utang dari bank. Jadi, saya belum bisa melakukan itu. Itu sangat tinggi sekali. Investor kapan saja, kapan uang saya kembali?” ungkap Ryan. Ilustrasi penggunaan energi surya atau matahari (SHUTTER STOCK) Keadaan mulai berubah setelah Ryan mengubah model bisnis perusahaan. PT SUN Energi tidak lagi perlu mengeluarkan dana untuk membeli sekaligus perangkat energi surya. Sebagai gantinya mereka dapat memasang perangkat tersebut dan membayar per bulan dengan alat performa yang menjanjikan. Jika perangkat energi surya yang bekerja tidak baik, maka uang tidak perlu uang uang. “Dengan modal bisnis seperti itu baru-baru ini kita mendapatkan proyek besar. Total sekarang kita sudah mendapat proyek 12-14 megawatt (MW) dengan nilai mencapai belasan juta dolar AS,” tutur Ryan. Sukses berkarier di perusahaan multinasional Kisah sukses mewujudkan impian datang pula dari Diana Beauty.

Wanita yang kini berkarier sebagai Senior Brand Manager Danone Early Life Nutrition ini mengatakan, Jika ingin berkarier di perusahaan multinasional usai merampungkan kuliah S2 di Magister Manajemen (MM) Prasetiya Mulya. Diana pun kemudian memulai karir sebagai Marketing Management Trainee di PT Sari Husada, perusahaan yang masih menjadi bagian dari Danone. Selang masa, berkat kinerja yang sempurna, perempuan berusia 29 tahun ini dipromosikan sebagai Asisten Brand Manager. Perempuan asal Jambi ini menyatakan, salah satu cara untuk cepat dipromosikan ke tinggi adalah karena berani mengambil pekerjaan besar untuk perusahaan. Tak cuma itu, kata Diana, dia juga tidak bisa menolak karya baru di luar dari bidangnya. Karena dengan begitu bisa belajar banyak pihak dapat memperkaya pengetahuannya sebagai Brand Manager. Diana Beauty alumni Master Manajemen (MM) Prasetiya Mulya, mempublikasikan kisah-kisah suskesnya berkarier di perusahaan multinasional. (Dok Prasetiya Mulya) “Jadi kita gak cuma paham produk dari sisi marketingnya saja, tetapi juga dari keuangan dan produksi. Ini bisa menjadi nilai tambah buat karir saya jadi cepat naik,” papar Diana. Oleh karena itu, selang kurang dari dua tahun kemudian Diana kembali dipopor sebagai Brand Manager di Danone Early Life Nutrition. Usai 10 bulan, posisikan naik lagi menjadi Senior Brand Manager. Namun, bukan Diana namanya jika sudah cukup. Anak-anak dari tiga bersaudara ini berorientasi untuk menjadi Manajer Pemasaran dan ingin memiliki pengalaman internasional.

Tidak instan Sukses yang bernama Mark Zuckerberg, Ryan, dan Diana capai dalam meraih mimpi bebas tanpa sebab. Mereka punya kemampuan mumpuni untuk bisa mewujudkan mimpinya. Kebaikan itu pun tidak datang dengan instan, dan perlu mempersiapkan, latih dan asah. Di sini lembaga pendidikan memiliki peran yang sangat penting untuk melakukan itu dan ini terbukti pada Ryan dan Diana. Jebolan MM Universitas Prasetiya Mulya ini mengaku, apa yang mereka terima selama studi di sana benar-benar menjadi modal mulia untuk mewujudkan impian keduanya. “Di semester akhir saya sudah membuat rencana bisnis yang akan jadi proyek akhir. Ketika ada proyek itu harus sudah ada pesanan pembelian (PO) dari perusahaan. Jadi gak cuma dapet teori bisnisnya saja, tetapi juga praktiknya.

Sementara itu, menurut Diana hal utama itulah yang dia rasakan manfaatnya selama kuliah, yaitu membahas keterampilan interpersonal. Ini karena proses belajar di universitas itu benar-benar melatih soft skill. “Hampir 90 persen tugas di kampus adalah kerja kelompok atau proyek. Jadi kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen benar-benar-benar dan berguna di dunia kerja,” kata dia. Bukan tanpa sebab pula MM Universitas Prasetiya Mulya bisa mendidik Ryan dan Diana seperti itu. Lembaga pendidikan ini memiliki prinsip dan nilai yang fokus pada pembentukan karakter kewirausahaan dan profesionalitas kepada mahasiswa. Makanya lulusan yang menghasilkan pun punya kemampuan dalam dunia bisnis dan kerja. Kemampuan yang menjadi modal bagi mereka untuk menggapai mimpi dan cita-citanya. Editor Gewati Lembaga pendidikan ini memiliki prinsip dan nilai yang fokus pada pembentukan karakter kewirausahaan dan profesionalitas kepada mahasiswa. Makanya lulusan yang menghasilkan pun punya kemampuan dalam dunia bisnis dan kerja. Kemampuan yang menjadi modal bagi mereka untuk menggapai mimpi dan cita-citanya. Editor Gewati Lembaga pendidikan ini memiliki prinsip dan nilai yang fokus pada pembentukan karakter kewirausahaan dan profesionalitas kepada mahasiswa. Makanya lulusan yang menghasilkan pun punya kemampuan dalam dunia bisnis dan kerja. Kemampuan yang menjadi modal bagi mereka untuk menggapai mimpi dan cita-citanya. 

Slimming Candy (Permen Pelangsing) http://idx8.xyz/r/1180/63739/

Masker Wajah (Skinlight Spirulina)   http://idx7.xyz/r/1198/63739/    

Cara mudah untuk membuat situs web sendiri: https://client.dewaweb.com/aff.php?aff=2
Kartu chip ajaib penghemat pulsa   http://idt8.com/r/1253/63739

http://idt8.com/r/1447/63739/

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Shares